Jumat, 29 Maret 2013

Budaya Bersedekah Dikala Lapang Maupun Susah

Ada seorang kakek muslim bertamu kerumah salah satu tetangga yang beragama Yahudi. Menariknya, si pemilik rumah ketika menyuguhkan teh, hanya memberi gula untuk tamunya. Sedangkan untuk dirinya sendiri malah tidak memakai gula. Si kakek yang menjadi tamu tidak enak hati dan bertanya,

“Mengapa Anda tidak pakai gula sedangkan teh saya anda beri gula?”

Jawabannya ternyata sangat menarik. Si pemilik rumah yang Yahudi itu mengatakan bahwa dengan minum the tanpa gula, dia dapat berhemat untuk bisa menyumbang untuk perjuangan Israel di Palestina.

“Kami sekeluarga 5 orang dan setiap hari kami minum 2 kali. Setiap minum teh, seorang diantara kami bisa menghabiskan 2 cangkir teh. Ini berarti dalam sehari seorang diantara kami minum 4 cangkir teh. Jika jumlah ini dikalikan 5 sesuai jumlah keluarga kami, maka dalam sehari kami akan menghabiskan 20 cangkir teh. Mengingat setiap cangkir teh membutuhkan dua balok gula, maka total gula yang akan kami habiskan  dalam sehari adalah 40 balok. Maka kami berikan kepada penanggulangan bantuan Yahudi yang miskin.”

Itulah diantara kisah menarik yang diangkat oleh Dr. Nawwaf Takruri dalam bukunya Al jihad bil maal fi sabilillah. Luar biasa, untuk mewujudkan cita-cita mereka menguasai bumi Palestina, mereka rela hidup hemat, termasuk menghemat makanan dan minum, karna merasa terpanggil untuk membantu saudara mereka sesame Yahudi. Lantas bagaimana dengan kita ??

Meneladani Orang2 terdahulu yang shaleh
Jika setiap hari kita mau menyisihkan sebagian rizky yang kita dapatkan, mungkin hanya limaratus atau seribu rupiah saja untuk kita masukan ke kotak infak dirumah kita masing-masing untuk selanjutnya kita serahkan kepada kaum muslimin yang membutuhkan, kita yakin berbagai macam problematika yang dihadapi umat Islam Insya Allah akan terselesaikan. Seperti penanggulangan pemurtadan, pemberian modal kepada umat Islam yang miskin, membatu biaya pengobatan kaum Muslimin yang sakit, beasiswa kepada siswa atau santri yang tidak mampu atau kita salurkan untuk kaum muslimin di negri-negri jihad yang butuh sekali uluran tangan dari orang-orang muslimin.

Budaya bersedekah dikala lapang maupun susah, dengan harta yang banyak maupun sedikit adalah kebiasaan yang sering dilakukan oleh salaf shaleh. Mari kita lihat semangat kaum muslimin pada jaman Rosulullah Sallallahu 'laihi wasallam dalam menyambut seruan infak fi sabilillah.

Menjelang perang Tabuk, perang yang sangat berat bagi kaum muslimin ketika itu. Karna musim paceklik sedang melanda kota Madinah jazirah Arab, perekonomian kaum muslimin juga sedang sulit-sulitnya, musim panas sedang ada di puncaknya. Rosulullah Sallallahu 'laihi wasallam menyebut pasukan yang akan berangkat tersebut dengan jaisyul’usrah (pasukan yang mengalami kesulitan).

Rosulullah memotivasi kepada kaum muslimin untuk menginfakkan hartanya dijalan Allah. Umat islampun berbondong-bondong menyambut seruan tersebut. Abu Bakar datang sambil membawa harta yang dia punya sejumlah 4.000 dirham. Umar bin khotob menyerahkan 50% hartanya. Utsman membawa seribu dinar didalam pakaiannya, lalu beliau taburkan di pangkuan Rosulullah. Tidak lama kemudian datang pula Abdurahman bin Auf sang dermawan, dan membawa 200 uqiyah perak. Datang pula Abbas bin Abdul Mutholib paman nabi, Talhah bin ubaidillah, Sa’ad bin Ubadah dan Muhammad bin Maslamah. Orang-orang yang tidak mampu pun tidak mau ketinggalan membawa infaq semampunya, dimulai oleh Ashim bin Adiy membawa 70 wasaq kurma, ada yang membawa dua mud bahkan satu mud kurma (satu mud=dua telapak tangan orang dewasa). Kaum wanita berlomba-lomba menyerahkan berbagai perhiasannya. Tidak satupun kaum muslimin yang tidak memberi kecuali kaum munafiqin.


Menggapai yang lebih utama
Allah Subhanahu wata'ala berfirman:
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit.”
(QS. Ali Imran:134).

Sedekah bukan monopoli orang kaya saja. Setiap muslim mempunyai kesempatan untuk berbagi apa yang ia miliki meski terlihat sedikit dan terlihat remeh untuk disedekahkan dijalan Allah. Bahkan Rasulullah mengkategorikan sedekah disaat-saat susah termasuk amalan sedekah yang paling utama. Hal ini beliau sampaikan saat Abu Hurairah.bertanya kepada beliau,”Wahai Rasulullah, sedekah apah yang paling utama?” beliau menjawab:

“Usaha seseorang yang memiliki sedikit harta. Mulailah mejadi orang-orang yang menjadi tanggung jawabmu.”
(HR. Ahmad, Abu daud dan Ibnu Hibban)

Nabi juga menyampaikan secara gamblang bahwa sedekah orang yang memiliki harta yang serba minim mempunyai keistimewaan tersendiri dibandingkan orang-orang yang mempunyai harta yang berlimpah. Sebab,kemampuan orang diukur dengan kondisinya masing-masing. Beliau bersabda:

“Satu dirham bisa mengalahkan seratusribu dirham.” Seseorang bertanya, “Wahai Rosululloh, bagaimana mungkin satu dirham bisa mengalahkan seratusribu dirham?” Beliau menjawab, “Ada seorang yang memiliki dua dirham, lalu ia mengambil salah satu darinya dan mensedekahkannya. Yang lain, memiliki banyak harta, lalu mengambil darinya seratus ribu dirham saja.”
(HR. Ahmad,Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)


Jadi yang menjadi patokan seorang lebih unggul dari orang lain dalam sedekah bukan banyak nominal yang ia keluarkan tetapi berapa persen dari harta yang ia miliki yanga rela ia infakan di jalan Allah. Sebagaimana yanga dilakukan oleh Abu Bakar As Shidiq, boleh jadi nominal harta yang ia sedekahkan lebih sedikit dibanding sahabat yang lain. Namun dalam segi prosentasi ia lebih unggul karena telah mensedekahkan seluruh hartanya. Maka pantas jika tidak ada yang mampu  mengungguli sedekahnya Abu Bakar.

Sedekah tanpa harta
Jadi, tak ada lagi alasan untuk tidak bersedekah hanya lantaran harta yang serba sedikit. Keminiman harta ternyata mendatangkan keutamaan tersendiri bila kita mampu mensyukurinya.

Sedekah walaupun kecil tetapi amat berharga disisi Allah Ta’ala. Memberi seteguk air, sepotong roti dengan penuh keikhlasan termasuk sedekah yang bisa dilakukan walau saat hidup susah. Kalaupun tidak punya harta yang bisa disedekahkan, kita juga bisa meraup pahala bersedekah dengan amal perbuatan kita. Seperti senyum kepada saudara muslim, perkataan baik, menyingkirkan gangguan dari jalan, memperbanyak langkah ke masjid, berdzikir dan menunjukan jalan yang tersesat adalah sedekah. Bahkan berhubungan badan dengan istripun dikategorikan sedekah. Kullu ma’rufin shadaqah, semua perbuatan baik adalah sedekah.
wallohua'lam bissowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...