Ketika
kita masih kecil, kita selalu diajarkan tentang tata cara thaharah
atau membersihkan diri. Hal pertama yang dilakukan sebelum shalat
adalah suci dari hadas besar dan kecil. Setelah itu kita berwudhlu,
lalu kita sholat. Apakah kita sering ragu bebas dari najis ketika
sholat? Tahukah kamu!? Seorang pria setelah buang air kecil, jika tidak
dibersihkan dengan baik, selalu menyisakan air seni (urin) beberapa
tetes di saluran kencingnya. Lalu jika menetes keluar ketika sholat,
bisa membatalkan sholat.
Banyak pria yang belum mengetahui cara membersihkan kemaluannya,
sehingga membuat shalat mereka tidak diterima karena najis. Oleh karena
itu saya menulis artikel ini untuk sharing mengenai cara
membersihkan kemaluan pria, atau dalam ilmu fiqih dikenal dengan
istibra. Istibra ini menurut beberapa ulama hukumnya wajib. Anjuran
istibra hanya dikhususkan untuk pria.
Kisah Di Zaman Rasulullah Diriwayatkan bahwa Ketika Rasulullah sedang melintasi kuburan, Beliau mendengar ada tangisan dan jeritan dari sebuah kuburan, lantas Rasulullah mendekati kuburan itu, kemudian bertanya “Wahai Fulan, kenapa kamu menjerit dan disiksa seperti ini, hal apa saja yang engkau lakukan ketika di dunia?”
Lalu orang yang di dalam kubur itu menjawab “Yaa Rasulullah, aku adalah seorang ‘alim (orang yang berilmu), dan aku juga ahli ibadah, aku mengerjakan sholat dengan rajin, membaca Al-Qur’an dan ibadah lainnya aku kerjakan dengan baik.”
Rasulullah bertanya kembali “Lalu mengapa engkau di siksa?”
Orang yang di dalam kubur itu berkata “tapi ada satu hal yang sering aku lakukan, yaitu ketika aku kencing, aku tidak pernah tiris (tuntas), pasti ada beberapa tetes air kencing yang terkena celanaku karena aku kencing berdiri, maka dari itu aku disiksa seperti ini”
Lalu Rasulullah mengambil sebuah batang pohon kemudian menancapkannya ke kubur orang tersebut dan berkata “Selama pohon ini masih hidup, ia akan terus mendoakanmu karena kesholehanmu”.
Dari kisah ini kita dapat mengambil hikmah untuk selalu bersih dalam membersihkan kemaluan.
Aspek Medis
Dilihat secara anatomi, jarak urethra (saluran kencing) dengan bladder (kandung kemih) pria dan wanita berbeda. Jarak urethra wanita kurang lebih 4 cm. Sedangkan jarak urethra
pria dari kandung kemih berkisar antara 15 cm hingga 29 cm, tergantung
dari ukuran penis pria, semakin panjang ukuran penisnya, maka urethra-nya semakin panjang
Secara fisiologis, mekanisme pengeluaran urin dari kandung kemih melibatkan pintu keluar urin (external urethral sphincter) dan dorongan yang kuat dari otot detrusor (musculus detrusor)
yang mengelilingi kandung kemih. Setiap manusia bisa merasakan rasa
ingin kencing ketika kandung kemihnya mulai berisi 150 ml. Jika urin
yang didalam kandung kemih sudah mencapai 400 ml, akan mulai timbul
rasa tidak nyaman di otak dan membuat kita ingin pergi ke toilet.
Yang jadi masalah bagi pria adalah jarak urethra-nya yang
panjang. Ketika selesai kencing, otot detrusor akan melemah dan tidak
lagi memeras urin di dalam kandung kemih. Sedangkan di urethra masih
ada urin yang belum terdorong keluar. Ditambah lagi disepanjang urethra
setelah prostat tidak ada otot untuk mendorong urin keluar, sedangkan
jalan keluar urin di ujung penis masih jauh. Hal ini membuat beberapa
tetes urin terakhir tertinggal di urethra. Urin yang tersisa ini
jika kita bergerak atau berubah posisi akan menetes keluar. Dan jika
perubahan posisi yang terjadi ini terjadi pada saat kita sholat,
misalnya ketika kita sujud lalu berdiri, hal ini akan membatalkan
sholat karena urin atau air seni hukunya najis.
Posisi Buang Air Kecil
Aisyah RA mengatakan, “Barangsiapa yang mengatakan pada kalian
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah kencing sambil
berdiri, maka janganlah kalian membenarkannya. (Yang benar) Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa kencing sambil duduk.” (HR. At Tirmidzi dan An Nasa’i)
Hudzaifah RA mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangi tempat pembuangan sampah milik suatu kaum. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kencing sambil berdiri. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta diambilkan air. Aku pun mengambilkan beliau air, lalu beliau berwudhu dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dua hadits diatas menjelaskan bahwa nabi buang air kecil pernah berdiri dan jongkok. Posisi mana yang terbaik? Jika kita lihat secara anatomis, posisi terbaik saat kencing adalah jongkok. Karena pada posisi jongkok kandung kemih tertekan dan akan memberikan dorongan yang kuat pada otot detrusor saat pengosongan kandung kemih. Sehingga pada saat jongkok sisa urin akan keluar lebih banyak.
Untuk melihat hadits lain yang membahas posisi buang air kecil, bisa di lihat di link berikut: http://mubhar.wordpress.com/2009/01/23/hukum-kencing-berdiri
Istibra
Istibra dalam bahasa Arab berarti menuntut kebersihan. Istilah istibra digunakan pada masalah pernikahan dan masalah thaharah. Istibra yang kita bahas kali ini adalah istibra dalam bab thaharah. Istibra dilakukan setelah selesai buang air kecil untuk meyakinkan bahwa tidak ada air kencing yang tersisa di saluran kencing (urethra).
Dalil Istibra "...Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih." [At-Taubah ayat 108]
“Sucikanlah dirimu dari air kencing, karena sesungguhnya sebagian besar siksa kubur itu disebabkan olehnya.” (Hadits Riwayat Abu Daruquthni)
Sehubungan dengan ayat dan hadits diatas, beberapa ulama mewajibkan melakukan istibra. Terutama jika ada perasaan was-was (ragu) setelah buang air kecil.
Tata Cara Istibra
Banyak cara beristibra untuk membersihkan sisa urin di urethra, mendehem, menggoyangkan badan, berjalan kecil dikamar mandi, jongkok berdiri jongkok, melompat kecil, dan sebagainya. Beragam cara tersebut bisa membersihkan sisa urin, tetapi tidak optimal.
Cara yang paling baik melakukan istibra adalah dengan cara mengurut perineum, pangkal penis (proksimal) hingga ujung penis (distal), dan kepala penis (gland penis). Cara ini mengikuti struktur anatomis saluran kencing, sehingga diharapkan bisa membersihkan sisa urin:
- Mengurut dengan kuat antara lubang anus dan penis (perineum) sebanyak tiga kali.
- Meletakkan telunjuk di bawah batang penis dan ibu jari di atas batang penis, lalu mengurut dengan kuat dari pangkal hingga ujung penis sebanyak tiga kali.
- Menekan kepala penis (gland penis) sebanyak tiga kali.
- Terakhir, basuh kemaluan dengan air yang suci sebanyak dua kali
Setelah Istibra
Apabila kita tidak beristibra setelah buang air kecil, lalu disaat wudhu atau sholat terasa ada cairan yang keluar, maka wudhu atau sholatnya batal karena cairan yang keluar dianggap najis.
Dan apabila kita telah istibra, lalu pada saat wudhu atau sholat terasa ada cairan yang keluar, cairan yang keluar dianggap suci dan tidak membatalkan wudhlu atau shalat.
Cairan yang keluar setelah istibra dianggap suci karena terjadi diluar kehendak kita. Kita sudah berusaha maksimal dengan istibra untuk membersihkan diri dan Allah tidak membebani seseorang di luar batas kemampuannya:
"Allah ingin memberikan kemudahan untuk kalian dan manusia tercipta dalam kondisi lemah." [An-Nisa ayat 28]
Lalu bagaimana jika kita lupa istibra dan ada tetesan sisa air kencing
yang mengenai celana? Tidak perlu mengganti celana, caranya cukup
dibilas dengan air setelapak tangan, insyaallah kain yang kita
kenakan akan kembali suci. Hal ini didasarkan pada hadits berikut,
dimana Rasulullah memerintahkan agar membersihkan najis (dalam hadits
ini air madzi) dari pakaian:
Shal bin Hunaif R berkata, “Dahulu aku biasa mendapati kesulitan
dan kepayahan karena madzi sehingga aku sering mandi karenanya. Lalu
aku utarakan hal tersebut kepada Rasulullah SAW, Beliau bersabda,
‘Sesungguhnya cukuplah bagimu hanya dengan berwudhu.’ Kemudian aku
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, dengan madzi yang mengenai pakaianku?’
Maka jawabnya, ‘Cukuplah bagimu mengambil setelapak tangan air lalu
tuangkanlah pada pakaianmu (yang terkena madzi) sampai lihat air itu
membasahinya." (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Cukup basahi celana pada daerah yang terkena najis hingga bentuk, warna,
dan aroma najis hilang. Jangan terlalu membasahi celana, nanti bisa
mengakibatkan kulit menjadi lembab, dan mudah terkena jamur (panu atau
kurap). Contohnya penyakit tinea cruris, yaitu penyakit karena jamur Malasezia sp.
yang timbul di daerah selangkangan. Biasanya nanti timbul gejala
gatal-gatal di daerah selangkangan. Jika dibiarkan, jamur tersebut bisa
menyebar ke kulit yang lembab lainnya dan bisa menjadi sangat gatal.
Jika Masih Ragu
Semua penjelasan tentang menghilangkan rasa ragu karena air seni sudah
dijelaskan diatas. Lalu bagaimana jika setelah istibra masih ada rasa
ragu mengenai suci atau tidaknya dari najis? Rasa ragu merupakan hal
yang wajar bagi manusia. Tetapi jika rasa ragu tersebut berlebihan,
akhirnya bisa mempersulit diri untuk beribadah. Karena rasa was-was (ragu) datangnya dari syetan.
Ini beberapa tips menghilangkan keraguan setelah istibra:
- Lakukan istibra secukupnya dan tidak berlebihan karena takut masih keluar najis.
- Yakinkan diri bahwa dengan istibra kita sudah berusaha maksimal untuk menghindari najis.
- Ucapkan "la haula wala quwwata illa billah" (Tidak ada daya dan upaya kecuali atas izin Allah) untuk berserah diri kepada Allah dan memohon diberi keyakinan.
Lalu bagaimana jika rasa ragu tersebut masih ada? Hati-hati rasa ragu
yang berlebihan merupakan masalah psikologis dan kejiwaan yang dalam
bahasa medis dikenal dengan istilah Obsessive–compulsive disorder (OCD).
OCD merupakan suatu kelainan dimana penderitanya merasa ragu terus
menerus (obsesif) dan melakukan tindakan untuk menghilangkan rasa itu
berulang-ulang (konvulsif). Contoh kasus: seseorang yang memiliki rasa
ragu terus menerus terhadap najis hingga beristibra berulang-ulang dan
tidak bisa meyakinkan diri akan bersih atau tidaknya dari najis
tersebut. Dan akhirnya mengakibatkan orang tersebut terganggu aktivitas
dan ibadahnya.
Jika sudah seperti ini, dianjurkan berkonsultasi dengan dokter umum atau
dokter spesialis kejiwaan. Tidak perlu malu atau ragu untuk konsultasi
kepada dokter. Karena OCD ini merupakan masalah medis dari kelainan
psikis yang bisa mengganggu kualitas hidup seseorang. Nantinya oleh
dokter akan diberikan terapi behavioral dan obat-obatan antidepresan untuk menekan rasa ragu yang berlebihan tersebut.
Pesan
Karena pria secara anatomis memiliki urethra yang panjang, maka
kita sebagai pria muslim wajib melakukan istibra untuk menghindari
najis. Lebih baik lagi jika buang air kecil dengan posisi jongkok lalu
istibra setelahnya. Menurut wawancara dengan teman-teman saya yang
sering kencing jongkok lalu istibra, mereka merasa lebih bersih dan
tidak terasa ada cairan yang keluar dibandingkan dengan kencing berdiri
lalu istibra.
Semua gambar yang ditampilkan disini menampilkan kemaluan pria dan
wanita, tetapi bertujuan untuk pendidikan bukan untuk pornografi.
Semoga ilmunya bermanfaat dan bisa diamalkan oleh pembaca sekalian.
Jazakallah.
Sumber
http://telagahikmah.org/name/index
http://en.wikipedia.org/wiki/Urethra
http://www.rnceus.com/uro/norm2
http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/
http://www.lankarani.com/and/res/t03.php
http://menata-hati.blogspot.com/2008/04/
http://berandamadina.wordpress.com/tag/istibra/
http://sanznuya.blogspot.com/2010/10/adzab-air-kencing
http://kaahil.wordpress.com/2010/10/18/mani-madzi-wadi/
http://mubhar.wordpress.com/2009/01/23/hukum-kencing-berdiri
Ќôq enggak terbit lagi artikelⓝⓨⓐ min?
BalasHapus